Suatu ketika, seorang mahasiswa-aktivis- yang baru saja mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan mendapatkan tawaran dari seorang kerabat dekat, katakanlah sepupunya. Sang sepupu mengatakan bahwa LSM yang sedang dirintisnya mencari para relawan pendidikan yang bersedia membina anak-anak putus sekolah, dan mungkin ada juga anak yang buta aksara. Karena idealisme yang tetap membara di dadanya, ia pun tak tanggung-tanggung untuk segera menerima tawaran tersebut. Bagi seorang mahasiswa yang terbiasa terjun dalam lingkungan yang jauh dari zona nyaman, komitmen harga diri, kemanusiaan, keadilan, kesetiakawanan, dan ke-an positif lainnya menjadi hal utama. Mungkin menjadi ciri eksistensi idealisme yang di usung. Jika tak sedikit sarjana - fresh graduate -yang berfikir bahwa setelah lulus ia akan bekerja pada sebuah perusahaan pemerintah, swasta, ataupun PNS, maka baginya dengan tetap berada pada jangkauan aura idealismenya lah ia akan tetap menjadi dirinya. *** Sampailah pada ketika pertemuan p...