Posts

Showing posts from October, 2009

Keinginan = sumber penderitaan???

Pernah suatu ketika saya mendengar seseorang mengatakan bahwa "harapan adalah nafas kehidupan", artinya tanpa harapan sesungguhnya hidup tak berbentuk layaknya hidup sebenarnya. Mungkin ada benarnya juga pernyataan orang tersebut. Asal hidup saja mungkin bisa dijalani, tetapi taste of life nya belum tentu terasa. Secara fitrah manusia selalu memiliki angan, cita, harapan, target, tujuan, apapun namanya sebesar apapun itu. Harapan atau keinginan mengiringi langkah setiap orang untuk senantiasa konsisten dengan sesuatu yang dituju, dan tetap menjaga semangatnya. Jalan yang ditempuh pun sudah diyakini tak sehalus sutra. Banyak onak yang merintangi, terutama sesuatu yang senantisa menjadi kelemahan diri kita. Selama kita belum dapat menaklukkan kelemahan diri, selama itu pula dia akan jadi derita, godaan yang selalu menghampiri. Perlukah kita memenej keinginan agar tak berujung penderitaan??? Seperti Matahari Keinginan adalah sumber penderitaan Tempatnya didalam pikiran Tujuan bu

Ta'liful Qulub

Sedikit mencoba menuliskan ilmu yang pernah didapat duluuuuuu..... Dalam ukhuwah islamiyah, ta’liful qulub atau kesatuan hati adalah tahapan yang yang hampir sempurna dari sebuah ukhuwah. Betapa besar nilainya hingga tak banyak dari kita yang mampu mencapai tingkatan ini. Bingkai ta’liful qulub adalah keimanan kepada Allah, karena hati adalah otoritas Allah dan Al-Qalb yang secara sifat dasarnya mudah berbolak-balik. Tidak serta merta Allah menyatukan hati-hati orang yang beriman jika tidak dengan orang beriman lagi atau setara keimanannya. “Dan Dia Allah yang mempersatukan hati-hati mereka (orang-orang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati-hati mereka. Sungguh Dia Maha Perkasa Maha Bijaksana.” (Al-Anfal: 63) Tahapan-tahapan ta’liful qulub: 1. Bertemu karena landasan cinta, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Baqarah:165 “Dan diantara manusia ada orang yang menye

HARAPAN....akan jadi...NYATA

Image
Salam kerinduan akan kehidupan sejahtera nan kekal bagi semua saudara seperjuangan... kembali catatan-catatan kecil seputar pendidikan ingin tetap saya sampaikan. Kali ini coba kita awali dengan lirik lagu yang tak asing kita dengar... Oemar Bakrie Tas hitam dari kulit buaya Selamat pagi!, berkata bapak Oemar Bakri Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali! Tas hitam dari kulit buaya Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu () Laju sepeda kumbang di jalan berlubang S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang Banyak polisi bawa senjata berwajah garang Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan Berkelahi Pak!, jawab murid seperti jagoan Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang Busyet... Standing dan terbang Reff. Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi Jadi guru jujur berbakti memang makan hati Oema

Surat untuk Ibu Guru yang Sekarang Mendidik Putraku*

Image
*Dikutip dari "GURU: MENDIDIK ITU MELAWAN !, Eko Prasetyo,2007 Ibu guru yang baik, saya titipkan anak saya kepada Anda. Saya lakukan ini dengan ketulusan, kebanggaan, dan perasaan was-was. Maklumlah sebagai orangtua, saya selalu cemas dengan dirinya. Saya ingat masa-masa ketika ia baru hadir ke dunia ini; tangisan dan tawanya telah membuat kami semua tenggelam dalam perasaan haru. Kini waktunya ia bersekolah dan kami percayakan putra kami sepenuhnya kepada Anda. Sebagaimana dulu ibu dan ayah saya mempercayakan saya pada Anda ibu guru. Ibu guru tahu, ia punya harta yang tak ternilai, yaitu keterus-terangan. Kalau ia tak suka sesuatu, ia tak ragu berpendapat. Ini adalah bakat alamiah yang dipunyai oleh semua anak. Saya ingin ibu menjaga sikapnya itu. Kami ingin ibu guru memandunya dan melatihnya untuk menjadi seorang anak yang berani bicara jujur dan terus terang. Lewat surat ini kami ingin berbagi pengalaman dan bertukar saran dalam memahami putra kami. Pertama-ta

belajar dengan mencoba

Image
Suatu ketika, seorang mahasiswa-aktivis- yang baru saja mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan mendapatkan tawaran dari seorang kerabat dekat, katakanlah sepupunya. Sang sepupu mengatakan bahwa LSM yang sedang dirintisnya mencari para relawan pendidikan yang bersedia membina anak-anak putus sekolah, dan mungkin ada juga anak yang buta aksara. Karena idealisme yang tetap membara di dadanya, ia pun tak tanggung-tanggung untuk segera menerima tawaran tersebut. Bagi seorang mahasiswa yang terbiasa terjun dalam lingkungan yang jauh dari zona nyaman, komitmen harga diri, kemanusiaan, keadilan, kesetiakawanan, dan ke-an positif lainnya menjadi hal utama. Mungkin menjadi ciri eksistensi idealisme yang di usung. Jika tak sedikit sarjana - fresh graduate -yang berfikir bahwa setelah lulus ia akan bekerja pada sebuah perusahaan pemerintah, swasta, ataupun PNS, maka baginya dengan tetap berada pada jangkauan aura idealismenya lah ia akan tetap menjadi dirinya. *** Sampailah pada ketika pertemuan p